Hotel Pada Asih 2

Hotel Pada Asih 2

Minggu, 25 Juli 2010

Wisata Pantai Pulo Manuk Banten Selatan

          Hutan wisata Pulo Manuk adalah kawasan hutan produksi yang dikelola oleh Perum Perhutani.  Berdasarkan ekosistemnya, kawasan hutan ini termasuk ke dalam ekosistem hutan pantai dan ekosistem hutan dataran rendah.  Keindahan panorama hutan dan pantai yang alami menjadikan kawasan hutan ini memiliki daya pesona yang indah  sebagai kawasan wisata.  Kawasan hutan wisata pantai Pulo Manuk mempunyai peluang untuk dikembangkan .  Keindahan alam dan potensi wisata yang terkandung di kawasan wisata ini belum seluruhnya tergali.  Informasi tentang kekayaan wisata alam didalamnya beserta bentang alamnya akan berpotensi menambah daya tarik dari obyek wisata alam ini dan berpeluang meningkatkan jumlah wisatawannya. Namun perlu disadari bahwa peningkatan jumlah wisatawan ke hutan wisata ini akan berpengaruh terhadap kondisi wilayahnya, sehingga pihak pengelola perlu mengevaluasi pengembangan dan pengelolaan untuk menzonasi kawasan perlindungan dan kawasan berwisata, sehingga dapat memastikan bahwa kawasan yang dilindungi tidak dibanjiri dan dirusak oleh wisatawan.
Nama Pulo Manuk sebenarnya sudah jauh lebih terkenal pada era penjajahan Jepang.  Pada zaman penjajahan Jepang, sekitar tahun 1942-1945, Pulo Manuk dan Bayah dikenal sebagai daerah utama batu bara, yang pada saat itu digunakan untuk bahan bakar kereta api, kapal laut, dan pabrik. Para pekerja pertambangan ini adalah para romusha yang didatangkan dari Jawa Tengah, seperti Purworejo, Kutoarjo, Solo, Purwodadi, Semarang, dan Yogyakarta.  Di Pulo Manuk dibangun stasiun kereta api untuk jalur Pulo Manuk-Bayah-Saketi-Rangkasbitung, dan merupakan jalan kereta api yang sangat produktif pada masanya. Kereta api ini adalah kereta api yang membawa batu bara dan hasil alam lainnya dari daerah Banten Selatan
Sejarah Romusha di Pulo Manuk-Bayah merupakan potensi wisata sejarah yang terabaikan. Potensi itu sebenarnya akan melengkapi potensi wisata pantai selatan dan wisata ke gua-gua alam. Namun, semua potensi tersebut kurang digarap sehingga terkesan merana.  Pada saat pemerintahan Jepang, Kawasan Pulo Manuk telah ditata menjadi Desa Wisata Romusha Pulo Manuk karena keindahan alamnya.  Jalur kereta api Pulo Manuk-Bayah-Rangkasbitung, dihancurkan pejuang Indonesia pada masa perang kemerdekaan  sekitar tahun 1948, dan semenjak itu Pulo Manuk menjadi tempat terisolir yang hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki.  Akses melalui Pulo Manuk untuk kendaraan, dibuka kembali sejak dibangunnya jalan lintas Bayah-Pelabuhan Ratu tahun 1989-1991; sedangkan untuk akses langsung ke Pantai Pulo Manuk sendiri, terbuka semenjak dibangun jalan Bayah - Sawarna sekitar tahun 2005.  Potensi atraksi wisata yang dapat dikembangkan di lokasi ini adalah atraksi wisata alam berupa wisata pantai, laut, pasang surut laut, sungai, gua, hutan, pertambangan, dan pulau. erikut :
agai japertanian, yang lainnya menggantungkan hidupnya hanya dari penghasilan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar